Nabirenews.com – Theo Hesegem, seorang pembela Hak Asasi Manusia (HAM) sekaligus Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, menilai bahwa pemerintah pusat tidak serius dalam menangani konflik bersenjata di Tanah Papua.
Ia menyampaikan keprihatinan mendalam atas berbagai insiden kekerasan yang terjadi, termasuk serangan terhadap tenaga pendidik dan kesehatan.
Salah satu kejadian tragis terbaru adalah pembunuhan seorang guru di Sekolah Dasar (SD) YPK di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada 22 Maret 2025. Dalam insiden tersebut, selain satu guru yang meninggal dunia, tiga orang lainnya mengalami luka berat, sementara tiga lainnya mengalami luka ringan.
“Anggruk adalah kota pekabaran Injil Gereja Injili di Tanah Papua, wilayah Yali. Peristiwa pembunuhan terhadap seorang guru ini adalah yang pertama kali terjadi di daerah ini. Hal ini tidak dapat diterima karena guru tersebut telah mengabdikan dirinya selama empat tahun untuk mencerdaskan anak-anak di daerah tertinggal,” ujar Theo dikutip dari laman Sasagupapua.com, Jumat (28/3/2025).
BACA JUGA: Panggilan Terakhir yang Jadi Perpisahan: Kisah Guru Rosalia Gugur Diserang KKB di Yahukimo
Guru dan Tenaga Kesehatan Jadi Sasaran Kekerasan
Theo mengungkapkan bahwa kasus serupa bukan hal baru di Papua. Selama bertahun-tahun, tenaga pendidik dan kesehatan kerap menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Kelompok ini kerap mencurigai mereka sebagai intelijen TNI atau Polri.
“Kejadian pembunuhan dan kekerasan terhadap guru maupun tenaga kesehatan terus berulang. Sejak pembantaian di Gunung Kabo, Kabupaten Nduga, pada 2018, kekerasan menyebar ke berbagai daerah seperti Kabupaten Intan Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Maybrat, dan lainnya,” ungkapnya.
Selain menewaskan seorang guru, serangan di Anggruk juga menyebabkan pembakaran SD YPK serta rumah-rumah guru. Akibatnya, warga setempat dilanda ketakutan dan trauma mendalam.
“Saya meminta kepada anggota TPNPB untuk menghentikan tindakan kekerasan ini. Pembunuhan terhadap guru dan tenaga kesehatan hanya memperburuk kondisi masyarakat setempat, menghambat pendidikan, serta mengancam masa depan anak-anak Papua,” tegas Theo.
BACA JUGA: Tuhan Tolong Saya, Teriak Guru yang Selamat dari Serangan KKB di Yahukimo
Seruan Theo Hesegem: Hentikan Kekerasan, Lindungi Masyarakat Sipil
Theo juga menyoroti klaim TPNPB yang menyebut bahwa korban yang mereka eksekusi adalah anggota intelijen atau aparat keamanan yang menyamar. Ia menekankan bahwa tuduhan semacam itu harus disertai bukti yang jelas, seperti kartu anggota atau kepemilikan senjata.
“Jika tidak ada bukti konkret, maka saya sebagai pembela HAM menegaskan bahwa mereka adalah masyarakat sipil yang seharusnya dilindungi, termasuk oleh TPNPB sendiri,” katanya.
Theo menilai bahwa hingga kini, pemerintah pusat belum menunjukkan keseriusan dalam menyelesaikan konflik Papua secara komprehensif. Menurutnya, kebijakan yang dibuat di Jakarta sering kali gagal memahami situasi riil di lapangan.
BACA JUGA: Pascapenyerangan KKB Terhadap Guru dan Nakes di Yahukimo, Ini yang Dilakukan Polisi
“Pemerintah pusat selalu mengeluarkan pernyataan keliru yang tidak mempertimbangkan kondisi di daerah. Akibatnya, guru-guru dan tenaga kesehatan terus menjadi korban kekerasan tanpa perlindungan yang memadai,” ujar Theo.
Ia juga menyoroti beredarnya dua video yang diduga berasal dari TPNPB. Video tersebut berisi pernyataan bahwa TNI dan Polri akan mengambil alih tugas guru dan tenaga kesehatan di daerah konflik. Menurut Theo, jika video tersebut sampai ke tangan TPNPB, maka hal ini bisa semakin memicu aksi kekerasan.
“Pernyataan seperti itu dapat mendorong TPNPB untuk melakukan tindakan brutal terhadap guru dan tenaga kesehatan, karena mereka akan menganggap semua tenaga pendidik dan kesehatan sebagai bagian dari aparat keamanan,” jelasnya.
Pemerintah Diminta Tarik Guru dan Nakes dari Daerah Konflik
Theo berharap Presiden RI Prabowo Subianto segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan konflik bersenjata di Papua, termasuk kasus pelanggaran HAM dan hukum.
“Saya sangat prihatin atas pembunuhan guru dan tenaga kesehatan di Anggruk, Kabupaten Yahukimo. Situasi ini semakin membingungkan karena TNI dan Polri mengklaim bahwa mereka adalah bagian dari aparat keamanan, sementara TPNPB menganggap mereka sebagai mata-mata,” ujarnya.
Sebagai pembela HAM, Theo menyatakan bahwa ia dan rekan-rekannya telah berulang kali memberikan masukan kepada pemerintah terkait penyelesaian konflik di Papua. Namun, ia merasa bahwa pemerintah tidak serius dan tidak mampu menyelesaikan masalah yang terus berulang.
BACA JUGA: Bupati Yahukimo Bantah 6 Guru dan Nakes Tewas Pascapenyerangan KKB, Didimus Yahuli: Hanya 1 Orang
“Saya berharap pemerintah provinsi dan kabupaten di Papua segera menarik semua guru kontrak dan tenaga kesehatan dari daerah konflik. Hal ini penting untuk mencegah peristiwa serupa terulang kembali, mengingat TPNPB sudah menyatakan bahwa mereka akan terus menargetkan tenaga pendidik dan kesehatan yang mereka anggap sebagai bagian dari aparat keamanan,” tutupnya.
Konflik bersenjata di Papua terus memakan korban jiwa, terutama dari kalangan guru dan tenaga kesehatan yang seharusnya mendapat perlindungan. Pembela HAM seperti Theo Hesegem menilai bahwa pemerintah pusat belum serius dalam menangani akar permasalahan di Papua.
Dengan meningkatnya kekerasan terhadap tenaga pendidik dan kesehatan, pemerintah didesak untuk segera mengambil langkah konkret demi melindungi masyarakat sipil dan memastikan penyelesaian konflik yang adil serta berkelanjutan di Tanah Papua. (*)