Nabire | Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Forum Independen Mahasiswa (FIM) West Papua di Kabupaten Nabire pada Senin (7/4/2025) berjalan dengan aman dan tertib di beberapa titik, meskipun ada satu lokasi yang harus dibubarkan paksa oleh aparat keamanan.
Menurut pantauan nabirenews.com di Pasar Karang, aksi demonstrasi berlangsung lancar dan tanpa gangguan. Massa aksi membubarkan diri dengan tertib pada pukul 11.45 WIT. Namun, di lokasi lainnya, tepatnya di Jalan Poros Wadio, situasi sedikit berbeda.
Aparat keamanan terpaksa membubarkan massa aksi secara paksa setelah terjadi perlawanan dari beberapa pendemo.
Kapolres Nabire AKBP Samuel Tatiratu menjelaskan kepada wartawan bahwa di Wadio, aparat keamanan merasa perlu melakukan pembubaran setelah beberapa anggota mereka dikartapel oleh oknum pendemo.
BACA JUGA: Antisipasi Unjuk Rasa Tutup PT Freeport, Polres Nabire Sita Sejumlah Sajam
“Kami terpaksa membubarkan aksi dengan paksa karena anggota kami dikartapel oleh oknum pendemo,” ujarnya di lokasi aksi.
Aparat Keamanan Tidak Melarang Aksi Demo
Kapolres Samuel menegaskan bahwa aparat tidak melarang demonstrasi tersebut. “Kami sama sekali tidak melarang aksi demo. Silahkan menyampaikan aspirasi di DPR Papua Tengah sesuai dengan surat yang mereka kirimkan pada Minggu pagi,” ujarnya.
Namun, pihaknya melarang aksi long march menuju Kantor DPR Papua Tengah, karena dianggap akan mengganggu ketertiban umum, terutama bagi pengguna jalan.
“Yang kami larang itu aksi long march-nya. Jika mereka ingin demo, kami sudah menyiapkan kendaraan umum untuk mereka menuju ke DPR PT. Namun, mereka memilih untuk menolak dan malah mengartapel anggota kami, sehingga kami melakukan tembakan gas air mata dan tembakan peringatan untuk membubarkan massa,” kata AKBP Samuel.
BACA JUGA: BREAKING NEWS: Polres Nabire Terjunkan Personil di 6 Titik Antisipasi Ujuk Rasa Tutup PT Freeport
Tiga Orang Diamankan
Pada peristiwa tersebut, tiga orang diamankan karena tidak mengindahkan himbauan dari aparat untuk mundur ketika terjadi aksi kartapel dan lemparan dari massa aksi hingga terjadi tembakan gas air mata dari aparat keamanan.
“Kami amankan tiga orang karena mereka tidak mau mundur ketika terjadi aksi serang dari massa aksi terhadap aparat keamanan. Tiga orang tersebut setelah diperiksa, mereka sudah dipulangkan,” jelas Samuel.
BACA JUGA: Demo Tolak Freeport, Kepala Suku Moni Minta Warganya Tak Ikut
Kapolres juga mengingatkan bahwa menyampaikan aspirasi di muka umum adalah hak setiap warga negara, tetapi harus mematuhi aturan yang berlaku.
“Para pendemo ini memang sudah mengirimkan surat, namun tidak menyertakan penanggung jawab aksi atau informasi jumlah massa yang terlibat. Inilah yang menyebabkan kami tidak dapat mengeluarkan izin,” tambahnya.
Pengamanan Aksi Demo oleh 460 Personel TNI-Polri
Sebanyak 460 personel gabungan TNI dan Polri dikerahkan untuk mengamankan jalannya aksi demo di tujuh titik berbeda di Nabire. Meskipun situasi di sebagian besar titik aksi berjalan damai, hanya di Jalan Poros Wadio yang massa aksinya dibubarkan secara paksa.
“Setelah pembubaran di Wadio, saya telah melakukan pertemuan dengan beberapa perwakilan massa aksi. Saya menawarkan mereka untuk menuju ke DPR Papua Tengah dengan kendaraan yang sudah kami sediakan, tetapi mereka menolak,” kata AKBP Samuel.
Kapolres juga memberikan apresiasi kepada massa aksi yang membubarkan diri dengan tertib setelah insiden di Wadio.
“Kami menghargai keputusan mereka untuk membubarkan diri dengan tertib. Kami juga berupaya untuk menjaga situasi tetap kondusif dan mengedepankan koordinasi dengan DPR Papua Tengah,” pungkasnya.
Aksi demo yang dilakukan oleh Forum Independen Mahasiswa (FIM) West Papua di Nabiremenunjukkan bahwa sebagian besar massa aksi mengikuti prosedur yang ada, meskipun ada beberapa insiden di titik tertentu yang mengharuskan aparat keamanan untuk bertindak tegas. Pihak berwenang berharap agar masa depan aksi demonstrasi tetap berlangsung dengan tertib, tanpa mengganggu ketertiban umum. (*)