NabireNews.com | Di tengah tantangan pembangunan dan keragaman sosial-budaya Mimika, sosok Johannes Rettob tampil sebagai pemimpin yang tidak hanya memimpin dari balik meja, tapi juga turun langsung menyapa warganya.
Sejak dilantik sebagai Bupati Mimika, Johannes Rettob membawa semangat baru dalam pemerintahan yang berpihak pada rakyat kecil dan pembangunan yang merata.
Lahir dan besar di Papua, Rettob memahami betul denyut nadi masyarakatnya. Dengan latar belakang sebagai aparatur sipil dan kemudian menjabat sebagai Wakil Bupati sebelum akhirnya menjadi Bupati, ia mengusung gaya kepemimpinan yang komunikatif dan terbuka.
“Saya ingin Mimika jadi rumah yang nyaman untuk semua orang,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
BACA JUGA: Pernah Tempuh Pendidikan di 5 Negara, Ini Profil Bupati Mimika Johannes Rettob
Salah satu ciri khas kepemimpinan Rettob adalah pendekatan humanis dalam menyelesaikan masalah. Ia kerap turun langsung ke lapangan—mengunjungi kampung-kampung, berdialog dengan warga, dan melihat sendiri kondisi infrastruktur serta layanan publik. Hal ini membuat banyak masyarakat merasa lebih dekat dengan pemerintahannya.
Di bawah kepemimpinannya, Mimika mengalami sejumlah kemajuan. Infrastruktur dasar seperti jalan, air bersih, dan fasilitas kesehatan mulai dirasakan lebih merata. Pendidikan juga menjadi prioritas, terutama di wilayah pedalaman yang selama ini sulit dijangkau.
@nabirenews2025_official Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa jurnalis asing tidak diwajibkan memiliki Surat Keterangan Kepolisian (SKK) untuk meliput di Indonesia, selama tidak melanggar hukum #kapolri #listyosigitprabowo #polripresisi #jurnalis #kebebasanpers #jurnalisasing #papua #papuatengah #nabire #nabire_tiktok_comunity #skk #beritaviral #indonesia
Namun, perjalanan Rettob tak selalu mulus. Ia harus berhadapan dengan tantangan birokrasi, dinamika politik lokal, hingga ekspektasi tinggi dari warganya. Meski demikian, ia tetap konsisten memperjuangkan visi besarnya: menjadikan Mimika sebagai kabupaten yang inklusif, berdaya saing, dan berkeadilan sosial.
BACA JUGA: Frets James Boray: Pejuang Kesejahteraan dan UMP Papua Tengah
Lebih dari sekadar jabatan, bagi Johannes Rettob, menjadi bupati adalah amanah untuk melayani. Ia percaya bahwa perubahan yang besar dimulai dari hal-hal kecil—dari mendengar keluhan masyarakat hingga memastikan anak-anak di kampung terpencil bisa mengakses pendidikan.
Dengan gaya kepemimpinan yang merakyat dan komitmen kuat terhadap pembangunan berkelanjutan, Johannes Rettob menjadi contoh bahwa seorang pemimpin tidak harus jauh dari rakyatnya. Ia hadir, melihat, dan bekerja bersama, demi Mimika yang lebih baik. (*)
