Yahukimo | Dalam bayang-bayang hutan lebat Papua, ratusan pendulang emas berlari menyelamatkan diri dari mimpi buruk yang nyata. Dalam dua hari penuh teror, 6 hingga 7 April 2025, kelompok kriminal bersenjata (KKB) melakukan penyerangan brutal di Lokasi 22 dan Muara Kum, sepanjang Sungai Silet. Sedikitnya 11 nyawa melayang.
Namun, 125 pendulang lainnya berhasil lolos—dengan luka, trauma, dan cerita menggetarkan jiwa. Mereka menempuh perjalanan melelahkan sejauh 60 kilometer, menyusuri hutan rimba, hanya dengan satu harapan: hidup.
Pelarian yang Penuh Luka dan Air Mata
Korban selamat akhirnya ditemukan dan dievakuasi secara bertahap ke Kampung Mabul, Distrik Koroway, Kabupaten Asmat—kampung terdekat dari lokasi kejadian. Pada Selasa (8/4), 35 orang pertama berhasil dijemput oleh aparat gabungan TNI-Polri. Kemudian pada Kamis (10/4), 90 korban lainnya menyusul setelah bermalam di hutan, bersembunyi dari kejaran maut.
BACA JUGA: 11 Jenazah Ditemukan, Evakuasi Korban Pembantaian Penambang di Yahukimo Terus Berlanjut
“Mereka benar-benar ketakutan. Berjalan kaki selama 2 sampai 4 hari, tanpa makanan cukup, melewati hutan yang gelap dan penuh bahaya,” ungkap Kapolres Asmat AKBP Wahyu Basuki dalam keterangannya.
Beberapa korban menderita luka, bahkan ada yang terkena panah saat melarikan diri. Mereka langsung mendapat perawatan medis setibanya di Mabul. Satu korban terpaksa diterbangkan ke rumah sakit karena kondisinya kritis.
Tak hanya mereka yang selamat, tragedi ini juga menyisakan duka mendalam. Satgas Damai Cartenz 2025 melaporkan penemuan 9 jenazah korban pembantaian, namun cuaca buruk menghambat proses evakuasi lima jenazah terakhir.
“Evakuasi akan dilanjutkan hari ini (12 April),” terang Kombes Yusuf Sutejo, Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz.
Empat jenazah telah berhasil dibawa ke RSUD Dekai untuk proses identifikasi dan visum. Satu di antaranya telah dipulangkan ke Boven Digoel.
BACA JUGA: Jerit Sunyi dari Lembah Yahukimo: Ketika Evakuasi Tak Sekadar Mengangkat Jenazah
Di tengah kabar duka, muncul secercah harapan. Pasangan suami istri—Dani dan Geby, yang sempat disandera oleh KKB, berhasil diselamatkan dan diterbangkan ke Bandara Dekai pada Jumat pagi (11/4). Keduanya kini dalam kondisi stabil setelah pemeriksaan kesehatan.
Aparat TNI-Polri kini disiagakan di berbagai titik rawan di Yahukimo dan sekitarnya. Pelaku yang diduga dari kelompok KKB dengan afiliasi Kodap XVI Yahukimo dan Kodap III Ndugama tengah diburu dengan kekuatan penuh.
@nabirenews2025_official Letkol (Tituler) Lenis Kogoya Bakal Bubarkan KNPB Letkol (Tituler) Lenis Kogoya menghimbau kepada Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang berada di setiap wilayah di Tanah Papua untuk segera mendaftarkan organisasinya ke Kesbangpol. #leniskogoya #letkoltituler #knpb #komitenasionalpapuabarat #kesbangpol #tanahpapua #lenisancamknpb #kabupatennabire #nabire #nabire_tiktok_comunity #nabirepapua #nabire_papua_indonesia #nabirehebat✊🏻 #papuatengah #bubarkanknpb #nabireviral #viralnabire #papuatengahviral #viralpapuatengah #nabirenews #nabirenewsdotcom #tiktoknabire
♬ suara asli – nabirenews2025_official – nabirenews2025_official
Papua Selatan Jadi Tumpuan
Dari 125 korban selamat, sebagian besar kini berada di Kampung Mabul. Namun, sejumlah orang telah berpindah ke Distrik Suator dan Agats, tempat sanak saudara mereka tinggal. Proses pendataan dan pemulihan psikologis tengah dilakukan, mengingat banyak dari mereka berasal dari berbagai wilayah seperti Sulawesi Selatan hingga Gorontalo.
Kisah para pendulang emas ini bukan sekadar tragedi lokal, tapi gambaran nyata tentang bagaimana konflik bersenjata terus merenggut nyawa tak berdosa di Tanah Papua. Mereka hanyalah warga biasa, mencari emas untuk kehidupan yang lebih baik—namun justru dihantam oleh kekerasan yang membabi buta.
Hari ini, Indonesia berkabung. Dan dunia harus tahu, bahwa di balik kabut hutan Papua, ada jeritan manusia yang minta keadilan. (*)