“Bete Cafe Coffee bukan sekadar tempat ngopi di Nabire. Ia adalah ruang hangat yang merawat rasa, membangkitkan cerita, dan menyeduh mimpi dalam setiap cangkir kopi Papua.”
DI SEBUAH sudut tenang di Kota Nabire, aroma kopi menyeruak dari balik pintu kaca bertuliskan Bete Cafe Coffee. Tak ada papan besar, tak ada teriakan promosi. Tapi siapa pun yang lewat akan menoleh, seolah aroma itu memanggil pulang—bukan ke rumah, tapi ke tempat yang terasa seperti rumah.
Bete Cafee bukan sekadar tempat nongkrong. Ia adalah tempat di mana percakapan dimulai, kenangan dilahirkan, dan rasa—rasa kopi, rasa hati, rasa rindu—bercampur jadi satu.
BACA JUGA: Manfaat Kopi Saat Lebaran: Energi, Kebersamaan, dan Kesehatan
Cinta pada Tanah Sendiri, Diseduh dalam Setiap Cangkir
Apa yang membuat kopi di Bete berbeda? Bukan sekadar biji Arabika dari pegunungan Papua, tapi rasa cinta terhadap tanah sendiri. Setiap cangkir diseduh dengan perlahan, penuh penghargaan pada proses, pada petani, pada alam yang melahirkan rasa.
Di Sini, Waktu Seolah Melambat
Ada sesuatu di Bete Cafe Coffee yang membuat waktu terasa lebih pelan. Entah itu cahaya matahari sore yang menari lewat jendela besar, atau alunan musik jazz yang mengalun lembut. Mungkin juga karena senyum barista yang tulus, atau suara mesin espresso yang jadi latar percakapan-percakapan kecil.
Bete adalah tempat singgah, sekaligus tempat kembali. Di sini, kamu boleh sendiri. Boleh ramai. Boleh bekerja. Boleh jatuh cinta. Dan semuanya tetap terasa hangat.
Bete Cafe bukan hanya tentang kopi, tapi tentang ruang untuk tumbuh. Anak muda Nabire datang bukan hanya untuk ngopi, tapi juga berdiskusi, merancang mimpi, dan menciptakan sesuatu.
Tak jarang café ini jadi tuan rumah untuk workshop kreatif, live music. Dan di sela-sela itu, selalu ada cangkir kopi yang menanti untuk menghangatkan ide-ide yang belum sempat jadi kata.
BACA JUGA: Tips Agar Badan Tidak Capek Usai Lebaran
Tempat di Mana Kamu Tak Perlu Menjadi Siapa-siapa
Di Bete Cafe Coffee, kamu tak perlu berpura-pura. Tak perlu jadi versi terbaik dari dirimu. Cukup datang, duduk, dan biarkan secangkir kopi menemani harimu. Karena di tempat ini, setiap orang punya cerita, dan setiap cerita layak diseduh perlahan. (*)