Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Peristiwa

Menjemput Pulang yang Tak Sempat Kembali: Cerita 3 Jenazah Korban KKB di Yahukimo

×

Menjemput Pulang yang Tak Sempat Kembali: Cerita 3 Jenazah Korban KKB di Yahukimo

Sebarkan artikel ini
RSUD Dekai Kabupaten Yahukimo secara resmi menyerahkan tiga jenazah korban kekerasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kepada pihak keluarga, Selasa (15/4/2025). (Dok. Satgas Damai Cartenz)
Example 468x60

Yahukimo | Di balik pintu RSUD Dekai yang sunyi, kesedihan menyelimuti ruang tunggu rumah sakit pada Selasa pagi (15/4/2025). Tiga keluarga dari Sulawesi datang jauh-jauh ke pedalaman Papua Pegunungan, bukan untuk menjemput saudara yang masih hidup, melainkan untuk menerima yang telah tiada—anak, suami, atau kerabat yang gugur dalam kekerasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Yahukimo.

Mereka datang membawa doa, harapan, dan air mata. Namun, harapan itu hanya bisa diwujudkan dalam bentuk perpisahan terakhir.

Example 300x600

Tiga Nama, Tiga Cerita, Satu Kepedihan

Ketiganya telah dikenali lewat proses panjang identifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri. Mereka adalah Sahar, Saharudin, dan Haidil Isdar—para perantau yang merantau demi nafkah, namun pulang dalam diam.

BACA JUGA: Kisah 2 Korban Selamat dan Identifikasi 3 Jenazah Tragedi KKB Yahukimo

  • Sahar, warga Desa Pasare Apua, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, ditemukan tewas di Area 33, lokasi pendulangan emas yang kini menjadi saksi bisu kekerasan.
  • Saharudin, dari Tompobulu, Maros, Sulawesi Selatan, menjadi korban di wilayah Kepala Air Mumok.
  • Haidil Isdar, lelaki muda dari Pangkajene Kepulauan, ditemukan di Tanjung Pamali.
RSUD Dekai Kabupaten Yahukimo secara resmi menyerahkan tiga jenazah korban kekerasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kepada pihak keluarga, Selasa (15/4/2025). (Dok. Satgas Damai Cartenz)

Tiga nama yang tak akan lagi terdengar dalam panggilan makan malam keluarga, atau doa lepas subuh sang ibu.

Dekai Jadi Rumah Peristirahatan Terakhir

Direktur RSUD Dekai, Dr. Glenn M. Nurtanyo, menjelaskan bahwa keputusan untuk memakamkan ketiganya di Dekai bukan tanpa alasan. Jenazah ditemukan dalam kondisi dekomposisi berat, yang membuat pemulangan ke kampung halaman masing-masing menjadi mustahil dari sisi medis.

BACA JUGA: Tangis Duka di Tanah Emas: 12 Jenazah Sudah Kembali ke Pelukan Keluarga

“Kondisinya sudah membusuk. Bila dipindahkan, bisa menimbulkan risiko infeksi. Ini bukan soal biaya, ini murni soal keselamatan kesehatan masyarakat,” tegasnya.

Pernyataan ini sekaligus membantah isu yang menyebutkan bahwa keluarga tidak diberi pilihan karena kendala biaya pengangkutan jenazah.

Kematian yang Membekas, Pengorbanan yang Tak Terbayar

Di balik data medis dan prosedur resmi, ada luka dalam yang tak bisa diukur. Bagi keluarga, pemakaman di tanah asing seperti Dekai bukanlah pilihan mudah. Tapi mereka menerima dengan hati berat, sembari menggenggam surat keterangan kematian dan berita acara serah terima dari pihak rumah sakit.

@nabirenews2025_official

Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, mengumumkan rencana pembangunan monorel yang akan menghubungkan Kota Nabire dengan Bandara Douw Aturure #pemprovpapuatengah#papuatengah #nabire #monorel #mekinawipa #bp3okp #fyp #nabire_tiktok_comunity #gubernurpapuatengah #beritaviral#papua

♬ suara asli – nabirenews2025_official – nabirenews2025_official

Ketiganya datang ke Papua dengan harapan hidup lebih baik—menambang emas, bekerja, membangun masa depan. Tapi konflik yang tak kunjung padam merampas semuanya. Kekerasan oleh KKB masih menjadi momok di berbagai wilayah Papua Pegunungan, menyisakan duka demi duka.

Hari itu, tiga liang lahad digali di tanah Dekai. Di sanalah mereka beristirahat. Bukan di kampung halaman, tapi di tempat di mana mereka terakhir menghirup udara. Semoga damai menyelimuti perjalanan mereka pulang—pulang yang tak sempat kembali. (*)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *