Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Peristiwa

Ketika AKBP Tatiratu Datang Menjenguk: Harapan di Tengah Luka dari Dogiyai

×

Ketika AKBP Tatiratu Datang Menjenguk: Harapan di Tengah Luka dari Dogiyai

Sebarkan artikel ini
Kapolres Nabire, AKBP Samuel Dominggus Tatiratu. (Dok. Istimewa)
Example 468x60

Nabire | Di balik hiruk-pikuk UGD RSUD Nabire, seorang pria muda terbaring lemah. Luka di kepala dan bahunya masih membekas jelas, sisa dari malam mencekam di Dogiyai, Papua Tengah. Inisialnya S. Ia adalah satu dari sejumlah korban kerusuhan yang mengguncang wilayah itu pada Senin malam, (14/4/2025).

Namun hari ini, Selasa pagi yang hangat membawa sedikit angin harapan. Kapolres Nabire, AKBP Samuel Dominggus Tatiratu, datang menjenguk. Tak sekadar hadir, beliau juga menyerahkan bantuan biaya operasi yang dibutuhkan untuk menyelamatkan kondisi korban. Sebuah gestur yang terasa besar bagi keluarga yang sedang berjuang di tengah keterbatasan.

Example 300x600

“Alhamdulillah hari ini Bapak Kapolres datang menjenguk. Kami sangat berterima kasih. Sebelumnya kami sempat terkendala biaya,” ucap seorang rekan korban yang menemani di sisi ranjang.

BACA JUGA: Dogiyai Mencekam: Perampokan dan Pembacokan OTK

Dogiyai Membara, Luka Masih Terbuka

Perjalanan S ke RSUD Nabire bukan tanpa sebab. Ia adalah korban dari malam penuh kekacauan di Dogiyai—kerusuhan yang menyisakan bukan hanya luka fisik, tetapi juga trauma yang dalam bagi warga setempat.

Kepolisian mencatat setidaknya dua insiden berat yang terjadi nyaris bersamaan. Pertama, perampokan bersenjata di kios handphone Arsen Cell milik Handoko Febrino (39), yang terjadi sekitar pukul 11.45 WIT. Handoko sedang bekerja seperti biasa, ketika segerombolan pria—diperkirakan 15 orang—menyerbu kiosnya dengan membawa senjata tajam. Mereka merusak etalase, membawa kabur beberapa unit ponsel, dan membuat korban lari menyelamatkan diri.

@nabirenews2025_official

Polres Nabire Tidak Larang Aksi Demo dari FIM-WP Soal Tutup Freeport Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Forum Independen Mahasiswa (FIM) West Papua di Kabupaten Nabire pada Senin (7/4/2025) tidak dilarang oleh Polres Nabire. Kapolres Nabire AKBP Samuel Tatiratu mengatakan, pihaknya hanya melarang aski long march yang menurutnya dapat mengganggu ketertiban umum dan pengguna jalan. #demodemotutupfreeport aksidemo #freeport#freeportindonesia#polresnabire#fimwp#nabire#nabire_tiktok_comunity#nabire_papua_indonesia#nabirehebat✊🏻#papuatengah#papuatengahdamai#fyp#fyppppppppppppppppppppppp#fypシ゚#fypp#fypdong

♬ suara asli – nabirenews2025_official – nabirenews2025_official

Hanya 15 menit berselang, insiden kedua terjadi. Kali ini di Jembatan Kali Tuka, tempat La Ello (50), warga yang hendak pulang, diserang oleh empat orang tak dikenal. Kapak menghantam wajahnya. Ia sempat kabur ke tempat pembuangan sampah di sekitar Kompas Ikebo, berharap ada yang menolong. Tapi takdir berkata lain. Ia meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.

Di Balik Seragam, Ada Empati

Kunjungan Kapolres bukan sekadar rutinitas seremonial. Di dalam ruang sempit UGD itu, ia menatap korban dengan mata prihatin, menyimak cerita keluarga korban, dan berbicara pada dokter soal penanganan yang dibutuhkan.

“Ini adalah bentuk kepedulian kami, bukan hanya sebagai aparat penegak hukum, tapi juga sebagai bagian dari masyarakat,” ujar AKBP Samuel.

BACA JUGA: Pengamanan Dogiyai Diperketat Usai Insiden Monamani

Bagi keluarga korban, itu lebih dari cukup. Di tengah ketakutan yang belum reda, bantuan sekecil apapun bisa berarti harapan.

Saat aparat terus melakukan pengamanan dan penyelidikan, satu hal menjadi jelas: masyarakat Dogiyai butuh lebih dari penjagaan. Mereka butuh rasa aman yang utuh—baik secara fisik, sosial, maupun emosional.

Kerusuhan dan kekerasan tak hanya menghancurkan fasilitas umum, tapi juga mencabik-cabik rasa percaya. Untuk membangunnya kembali, diperlukan lebih dari patroli. Diperlukan pendekatan manusiawi, seperti yang dilakukan oleh Kapolres Nabire hari ini.

Dan mungkin, dari kunjungan sederhana itu, benih perdamaian bisa mulai tumbuh kembali—di hati yang luka, di tanah yang lelah. (*)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *