Nabire | Langit Nabire masih diselimuti kabut tipis pagi itu saat rombongan kecil bersiap meninggalkan kota melalui Bandara Douw Aturure pada Selasa (22/4/2025). Di barisan terdepan, berdiri sosok yang sudah tak asing bagi dunia pendidikan Papua Tengah—Peter Worabay, anggota DPR Papua Tengah yang dikenal vokal memperjuangkan masa depan anak-anak Papua.
Bersama 11 guru (13 guru lainnya menyusul pada Rabu (23/4/2025) dari berbagai penjuru Nabire, Peter memimpin perjalanan menuju Sekolah Taruna Timika, tempat mereka akan mengikuti pelatihan intensif selama delapan hari.
Bukan perjalanan biasa. Ini adalah bagian dari mimpi yang telah lama ia genggam: mimpi agar anak-anak Papua bisa bersaing di panggung nasional, sejajar dengan daerah lain di Indonesia.
“Saya tidak ingin anak-anak Papua hanya jadi penonton. Mereka harus jadi pelaku, pemimpin, pencipta. Dan semua itu dimulai dari guru,” ujarnya tegas, saat kami berbincang sebelum keberangkatan.
BACA JUGA: Peter Worabay Bakal Kirim Guru-guru untuk Magang di Sekolah Taruna Timika, Ini Alasannya!
Dari Ruang Kelas Terpencil ke Pelatihan Unggulan
Dua puluh guru yang ikut serta dalam program ini bukanlah guru biasa. Mereka datang dari pelosok distrik—beberapa mengajar di sekolah yang hanya bisa dijangkau lewat laut atau berjalan kaki berjam-jam. Tapi semangat mereka membakar lelah. Mereka ingin belajar, ingin berubah, ingin membawa perubahan.
Di Timika, mereka bakal disambut oleh Sekolah Taruna, institusi yang dikenal dengan pendekatan disiplin dan karakter. Dalam program ini, para guru akan belajar metode pembelajaran aktif, manajemen kelas efektif, serta pendekatan kontekstual khas Papua.
@nabirenews2025_official Sekolah Sepanjang Hari ala Peter Worabay Anggota DPR Papua Tengah Peter Worabay bakal mengirim sejumlah guru dari Kabupaten Nabire untuk magang di Sekolah Taruna Papua Timika, Kabupaten Mimika pada pertengahan April 2025 medatang. #sekolahtarunapapua #timikapapua #kabupatentimika #timika #timikapapuatiktok #timikapapuakotadolar #timikastory589 #mimika #peterworabay #worabayhits #dprpapuatengah #papuatengah #pendidikan #pendidikanindonesia #pendidikananak #nabire #nabire_tiktok_comunity #nabirepapua #nabire_papua_indonesia #nabirehebat✊🏻
♬ suara asli – nabirenews2025_official – nabirenews2025_official
“Hari ini yang berangkat baru 11 guru, nanti besok baru menyusul 13 guru lainnya. Sesampainya kami di Timika nanti, bakal ada acara pembukaan dari pelatihan tersebut,” ujar Peter.
Peter dan Mimpinya: Papua yang Percaya Diri
Bagi Peter, pendidikan bukan sekadar kebijakan. Ini adalah perjuangan hidup. Sebagai putra daerah, ia menyaksikan langsung bagaimana banyak anak Papua kehilangan mimpi hanya karena kurangnya akses, kurangnya guru yang terlatih, dan kurangnya kepercayaan diri.
“Anak-anak Papua itu cerdas. Tapi mereka perlu diberi kesempatan yang sama. Saya ingin mereka percaya diri berdiri di forum nasional, bicara dengan gagah, bersaing di universitas-universitas terbaik, atau bahkan jadi inovator di kampung halamannya,” katanya, matanya menyala.
BACA JUGA: Peter Worabay, Tokoh Masyarakat Papua Tengah yang Berdedikasi untuk Perubahan
Peter sadar, perubahan tidak datang dalam semalam. Tapi ia yakin, satu guru yang tercerahkan bisa mengubah satu sekolah. Dua puluh guru? Itu bisa jadi gelombang.
Langkah Kecil, Dampak Besar
Pelatihan ini memang hanya berlangsung delapan hari. Namun, Peter menekankan, ini bukan akhir dari proses, melainkan awal dari ekosistem pendidikan baru yang sedang dibangun di Papua Tengah.
Ia berjanji mengawal program-program serupa melalui jalur legislatif, termasuk mendorong anggaran khusus untuk pelatihan guru dan pengembangan sekolah di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Bagi para guru, ini lebih dari sekadar pelatihan. Ini adalah pengakuan atas kerja sunyi mereka, dan suntikan semangat untuk terus bertahan di medan yang tak mudah.
Perjalanan ke Timika ini adalah gambaran kecil dari gelombang perubahan yang sedang tumbuh di Papua Tengah. Peter Worabay mungkin bukan seorang menteri, tapi langkahnya bersama 22 guru adalah bukti nyata bahwa perubahan besar selalu dimulai dari orang-orang yang percaya.
Dan pagi itu, dari Nabire ke Timika, keyakinan itu melaju—dalam bentuk doa, semangat, dan sebuah misi: agar anak-anak Papua tak lagi tertinggal, tapi melesat ke depan bersama harapan dan masa depan. (*)