Timika | Langit Nabire kala itu memerah menjelang fajar. Di balik kaca-kaca jendela bandara yang dingin dan sunyi, tampak 22 wajah menyimpan rindu dan harap. Mereka bukan pelancong, bukan pula pejabat. Mereka adalah guru—para pelita dari pelosok Papua Tengah—yang tengah bersiap menjemput masa depan.
Dengan tangan gemetar memegang tiket dan tas kecil di pundak, mereka menaiki pesawat kecil yang akan membawa mereka ke Timika. Tak banyak yang mereka bawa, selain tekad yang membara dan doa dari anak-anak kampung yang berharap mendapat pendidikan yang layak.
Semua ini dimungkinkan oleh keberanian satu sosok: Peter Worabay, anggota DPR Papua Tengah, yang menolak tunduk pada sunyi dan ketidakadilan.
“Kalau kita ingin Papua Tengah bangkit, kita harus mulai dari para gurunya,” katanya pelan namun tegas, saat bersama-sama dengan para guru tersebut berangkat.
BACA JUGA: Lentera dari Pedalaman: 22 Guru Nabire Menimba Ilmu di Sekolah Taruna Mimika
Satu Atap, Satu Mimpi
Di Timika, tidak ada karpet merah atau tepuk tangan yang menyambut. Hanya satu rumah kontrakan sederhana, dengan kamar seadanya. Rumah itu disewa oleh Peter Worabay—bukan sebagai tempat singgah mewah, tetapi sebagai tenda perjuangan.
Di sana, para guru berbagi ruang tidur, berbagi lauk sederhana, dan berbagi cerita perjuangan mereka masing-masing. Ada yang sudah mengajar 20 tahun di pedalaman, ada pula yang baru setahun, tapi semuanya memiliki satu mimpi: menjadikan murid-murid mereka cerdas dan merdeka.
Hari-hari Menyala di Sekolah Taruna
Sudah tiga hari pelatihan berlangsung di Sekolah Taruna Timika, sekolah yang dikenal dengan disiplin dan mutu pendidikan yang tinggi. Pagi-pagi mereka berangkat, menumpang mobil rental. Di ruang-ruang kelas yang bersih dan modern, mereka belajar dari para fasilitator tentang metodologi mengajar, teknologi pendidikan, dan pendekatan psikologi anak.
Mereka menulis, mendiskusi, bertanya, dan mencatat seolah esok hari mereka harus menyelamatkan dunia. Dan mungkin, memang itu yang akan mereka lakukan.
BACA JUGA: Misi Pendidikan Papua Tengah: Peter Worabay dan 22 Guru Menembus Batas ke Timika
Wajah-wajah mereka lelah, tapi mata mereka berbinar. Mereka bukan peserta pelatihan biasa. Mereka adalah para pendobrak sunyi, yang sedang membekali diri untuk kembali ke sekolah-sekolah pelosok yang dindingnya bolong dan atapnya bocor.
Masih tersisa tiga hari lagi pelatihan ini berlangsung. Tapi semangat mereka justru semakin menyala. Karena mereka tahu, setiap ilmu yang mereka serap hari ini, akan menjadi cahaya bagi ribuan anak yang menunggu di kampung.
Harapan Itu Sedang Ditanam
Peter Worabay tidak selalu hadir di lokasi pelatihan. Tapi ia hadir di tengah mereka—dalam bentuk perhatian kecil: persediaan makanan di dapur selalu ada, air galon yang datang tepat waktu, dan tanya kabar lewat pesan suara.
Ia tahu, tidak semua orang akan memahami kenapa ia memilih dan memperjuangkan pelatihan ini. Tapi ia juga tahu, jika ada satu hal yang bisa mengubah wajah Papua Tengah, maka itu adalah pendidikan.
@nabirenews2025_official Anggota Komisi IV DPR Papua Tengah, Peter Worabay, membuktikan komitmennya dengan memberangkatkan 22 guru di wilayah pesisir Nabire untuk mengikuti pelatihan di Sekolah Taruna, Timika. #pahlawantanpatandajasa #gurupapua #inspirasipapua #pendidikanuntuknegeri #ceritadaritimur #anakpapua #guruhebat #peterworabay #papuatengah #nabire #nabire_tiktok_comunity #wakilrakyat #pdiperjuangan #dprpapuatengah #mimika #timika #sekolahtaruna #ypmak #fyp
♬ suara asli – nabirenews2025_official – nabirenews2025_official
Dan perubahan itu sedang dirajut. Hari demi hari. Di satu rumah kontrakan sederhana. Di ruang-ruang pelatihan Sekolah Taruna. Di hati 22 guru yang memilih menjadi cahaya, bukan keluh.
Karena di ujung jalan panjang itu, ada masa depan Papua Tengah yang sedang menanti. (*)