Teluk Bintuni | Kabut masih menggantung di antara pepohonan raksasa hutan Moskona Barat. Suara langkah para personel Korps Brimob Polri nyaris tenggelam dalam semak basah dan aliran sungai kecil yang meliuk seperti ular perak di antara bebatuan.
Di sinilah, di wilayah yang oleh warga dan aparat disebut “zona merah”, sebuah operasi kemanusiaan sedang berlangsung dengan taruhan nyawa dan waktu.
Sudah beberapa hari berlalu sejak Iptu Tomi Marbun dilaporkan hilang dalam tugas. Ia adalah salah satu perwira yang ditugaskan dalam operasi kemanusiaan di kawasan dengan tingkat gangguan keamanan tinggi.
Sejak saat itu, tim SAR dari Satgas AB Moskona, Brimob Polri, bergerak senyap menyisir hutan lebat dan bantaran sungai yang belum tentu pernah dipijak manusia sebelumnya.
BACA JUGA: Jejak yang Hilang di Moskona: Upaya Bareskrim Menyingkap Misteri Iptu Tomi Marbun
Peta, Ponco, dan Teropong Taktis
Tidak ada kendaraan atau longboat yang bisa mencapai lokasi kejadian. Semua harus dilalui dengan kaki. Tanpa kemewahan teknologi canggih, para personel mengandalkan keterampilan dasar survival dan peta topografi yang digenggam erat dalam tangan penuh lumpur.
Beberapa terlihat mengamati arah aliran sungai dengan teropong taktis, mencermati setiap pergerakan semak, setiap suara asing dari balik pepohonan. Di tanah yang nyaris tak tersentuh modernitas, mereka menandai titik-titik potensial secara manual, menyusun strategi langkah demi langkah.
“Kami tahu ini bukan medan biasa,” ujar salah satu anggota tim pencari yang menolak disebutkan namanya. “Tapi kami juga tahu, Iptu Tomi ada di luar sana. Dan kami tidak akan berhenti sampai kami menemukan jejaknya.”
Tidur Beralas Ponco, Siaga 24 Jam
Di Aula Polres Bintuni, Brigjen Pol. Gatot Mangkurat Putra P.J., S.I.K., Danpas Pelopor Korps Brimob, memimpin rapat Anev Giat Operasi dengan sorot mata yang tajam dan suara yang tegas. “Operasi ini bukan sekadar pencarian. Ini latihan hidup dalam tekanan dan medan sesungguhnya,” katanya.
Ia menjelaskan, tak ada kenyamanan dalam operasi ini. Personel tidur beralas ponco, makan dengan logistik terbatas, dan harus berjaga siang malam di bawah ancaman serangan mendadak—dari depan, belakang, bahkan dari bawah air.
“Di wilayah ini, SOP bukan sekadar dokumen. Ini soal hidup dan mati,” tegas Gatot.
BACA JUGA: Misi Berat Mencari Iptu Tomi di Jantung Papua Barat
Misi Kemanusiaan di Tanah Bergolak
Walau membawa bendera kemanusiaan, operasi di Moskona Barat tak bisa dipisahkan dari risiko keamanan yang nyata. Wilayah ini dikenal rawan konflik bersenjata. Itulah sebabnya setiap gerakan pencarian dilakukan dalam keheningan penuh perhitungan, dan setiap personel membawa perlengkapan taktis lengkap.
Namun, di balik semua itu, tersimpan semangat yang tak bisa diukur dengan senjata atau strategi militer: solidaritas dan keberanian. Setiap langkah diambil dengan satu tujuan—menemukan dan membawa pulang rekan mereka, hidup atau tidak.
Di tengah semua kekacauan dan tantangan, ada secercah harapan. Setiap suara ranting patah, setiap jejak di lumpur, bisa menjadi petunjuk yang menuntun pada Iptu Tomi Marbun.
Operasi ini masih berlangsung, dan medan yang ganas belum memberi tanda kapan akan berakhir. Namun bagi Korps Brimob Polri, ini lebih dari sekadar misi. Ini adalah panggilan jiwa, tentang keberanian, tanggung jawab, dan tekad untuk tidak meninggalkan siapa pun di belakang. (*)