Oksibil | Di jantung Pegunungan Bintang yang selama ini dikenal dengan keterisolasian dan minimnya akses pendidikan, kini berdiri sebuah perguruan tinggi bertaraf internasional: Universitas Okmin Papua (UOP).
Kampus ini tak hanya menjadi simbol kebangkitan pendidikan di kawasan perbatasan RI–Papua Nugini, tetapi juga menjelma sebagai magnet mahasiswa dari berbagai penjuru, termasuk mancanegara.
Didirikan atas inisiatif Bupati Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana, UOP lahir dari visi besar untuk membuka gerbang ilmu pengetahuan bagi generasi Papua. Melalui Yayasan Pendidikan Okmin Papua (YAPEDIOPA) yang ia dirikan bersama dua saudaranya, Geraldus Bidana dan Stanis Kasipdana, Spei mengajukan pendirian universitas ini kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Upaya tersebut membuahkan hasil pada 17 Agustus 2021, saat UOP resmi memperoleh izin operasional dengan SK Menteri No. 344/E/O/2021.
BACA JUGA: Mimpi Besar dari Pegunungan Bintang untuk Lahirnya Provinsi Papua Timur
Filosofi Okmin: Air Kehidupan dari Tiga Suku
Nama “Okmin” sendiri merupakan akronim dari tiga suku besar Pegunungan Bintang: Suku Ok, Mek, dan Min, yang menggambarkan identitas lokal dan semangat kebersamaan. Dalam bahasa daerah, “Ok” berarti air atau sungai, dan “Min” berarti pemilik. Filosofi ini menggambarkan UOP sebagai sumber kehidupan baru bagi masyarakat Pegunungan Bintang dan Melanesia.
Di bawah kepemimpinan Rektor Pastor Dr. Yohanes Kore, S.Ag., MA, OFM, Universitas Okmin Papua telah berkembang pesat. Saat ini, UOP memiliki dua fakultas dan lima program studi sarjana, yakni Antropologi, Pendidikan Bahasa Inggris, Biologi, Pendidikan Matematika, dan Agroteknologi.
Dengan jumlah mahasiswa aktif mencapai 895 orang dan 33 dosen, seluruh program studi UOP telah meraih Akreditasi Baik dari BAN-PT, menandai kualitas akademik yang menjanjikan.
Jaringan Global
Salah satu pencapaian penting UOP adalah menjalin kemitraan dengan sejumlah universitas dalam dan luar negeri. Kampus ini telah bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Kristen Satya Wacana, serta universitas internasional seperti Asia International University, Institute Technology Teheran, dan Queensland University di Australia. Kerja sama ini memperkuat posisi UOP sebagai pusat pembelajaran berbasis riset dan jejaring global.
BACA JUGA: Suntikan Semangat dari Parlemen: Arif Uopdana Bakar Asa Persigubin di Liga 4
Daya tarik UOP kini meluas hingga ke negara tetangga, Papua Nugini. Pada tahun 2024, sebanyak 36 mahasiswa asing dari PNG resmi diterima sebagai mahasiswa UOP. Menurut pernyataan resmi pemerintah PNG, pada tahun akademik 2025/2026, mereka akan mengirim 72 mahasiswa tambahan untuk menimba ilmu di Oksibil. Ini menjadikan UOP sebagai simbol kerja sama Asia Pasifik di bidang pendidikan.
Biaya Murah, Kualitas Kompetitif
Bupati Spei Bidana mengungkapkan bahwa kampus ini sangat diminati oleh mahasiswa luar negeri karena biaya yang murah dan kualitas yang kompetitif, meskipun saat ini sarana dan prasarana masih terbatas.
“Kami ingin menerima lebih banyak mahasiswa, tetapi ruang kuliah masih terbatas. Kami butuh dukungan tambahan dari pemerintah pusat dan mitra internasional,” ujarnya.
@nabirenews2025_official GenIUS Expo 2025 GenIUS Expo kali ini mengadakan GenIUS Award yang berisi kompetisi Esai dan Orasi. GenIUS Expo Awards kali ini mengusung tema “Masa depan Pendidikan dan Peluang Indonesia Timur” #sekolah #sekolahgenius #geniusaward #geniusexpo #geniusexpo2025 #kompetisisiswa #siswaunggul #sekolahunggul #sekolahunggulan #papua #papuatiktok #papuapride #papuahits #fypシ゚viral🖤tiktok #fypage #fypシ゚ #fyppppppppppppppppppppppp #fypp #fypdong
♬ suara asli – nabirenews2025_official – nabirenews2025_official
Lebih dari sekadar tempat belajar, kehadiran UOP telah memberi dampak ekonomi besar bagi masyarakat lokal. Sebelumnya, sekitar Rp 35 miliar per tahun dikeluarkan pemerintah daerah untuk membiayai pendidikan anak-anak Pegunungan Bintang di luar Papua. Kini, dana tersebut dapat dialihkan dan diputar di dalam daerah melalui aktivitas kampus dan pengembangan ekonomi sekitar.
Tidak hanya itu, UOP juga menjadi pusat produksi sumber daya manusia unggul. Pemerintah daerah saat ini sedang mempersiapkan 36 calon magister dan 7 calon doktor untuk dididik di berbagai kampus nasional dan internasional guna memperkuat tenaga dosen lokal. Langkah ini diambil untuk menjamin keberlanjutan mutu pendidikan UOP dari dalam.
BACA JUGA: Bukan Liburan, Ini Misi Pendidikan: 22 Guru Tinggal Satu Atap Demi Ilmu
Dari sisi infrastruktur, pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR telah membangun sembilan gedung kampus senilai Rp 60 miliar di Kampung Esipding, Distrik Serambakon. Proyek yang dimulai pada 2024 ini kini telah mencapai progres 80 persen dan ditargetkan diresmikan pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2025.
Dukungan Nasional dan Internasional
Dukungan terhadap UOP juga datang dari berbagai tokoh nasional dan internasional. Kolonel Dominic Bulungol, Atase Pertahanan Papua Nugini, menyebut UOP sebagai “kampus masa depan Asia Pasifik”.
Anthonius Ayorbaba, Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Papua, menilai UOP akan melahirkan intelektual muda dan peneliti lokal yang berkontribusi untuk kemajuan Papua.
Sementara itu, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyatakan kesiapan lembaganya untuk mendukung penuh riset dan pengembangan ilmu di Pegunungan Bintang.
Universitas Okmin Papua adalah bukti bahwa transformasi pendidikan bisa dimulai dari tempat paling terpencil sekalipun, selama ada visi, kolaborasi, dan keberanian untuk bermimpi besar.
Di tengah pegunungan yang sunyi, suara revolusi pendidikan itu kini menggema—membangkitkan harapan dan membuka jalan baru bagi masa depan Papua dan Asia Pasifik. (*)