Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Sosok

Titus Pekei dan Seruan Melindungi Noken: Bukan Sekadar Tas, Ini Identitas Kami

×

Titus Pekei dan Seruan Melindungi Noken: Bukan Sekadar Tas, Ini Identitas Kami

Sebarkan artikel ini
Titus Pekei menolak modifikasi tas modern bermotif Noken Papua. Ia menegaskan pentingnya perlindungan hukum, literasi budaya, dan pemberdayaan perajin lokal agar warisan budaya tidak punah. (Dok. Istimewa)
Example 468x60

Nabire | Di sebuah rumah sederhana di kaki bukit Papua Tengah, suara lembut mama-mama terdengar samar, tangan mereka terus menari di atas serat kulit kayu. Di antara anyaman yang saling menyilang, lahirlah Noken, warisan budaya Papua yang tak hanya kuat menahan beban barang—tapi juga beban identitas dan sejarah.

Namun baru-baru ini, warisan itu terasa terusik. Sebuah iklan tas modern bermotif Noken beredar luas di media sosial. Noken—yang mestinya dihormati—muncul sebagai hiasan pada tas kulit bergaya kekinian. Dan di sinilah Titus Christ Pekei, pencetus pengakuan Noken sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia UNESCO, angkat suara.

Example 300x600

“Mereka Gunting Noken Kami”

Dalam keterangannya yang diterima NabireNews.com, Titus Pekei mengungkapkan kekecewaan yang mendalam. Ia dihubungi oleh beberapa komunitas perajin Noken Papua yang resah melihat potongan-potongan Noken dijadikan ornamen tas modern tanpa pemahaman terhadap maknanya.

BACA JUGA: FGD KPU Dogiyai: PDI-P dan PPP Meminta Sistem Noken Dihapus

“Sepertinya mereka membeli Noken dari mama-mama Papua, lalu digunting dan ditempelkan sesuka hati pada tas,” ujar Titus lirih.

Ia tak hanya kecewa, tapi juga merasa dikhianati. Bagi Titus, Noken adalah simbol kearifan lokal yang mengandung nilai spiritual, ekonomi, dan sosial. “Ini bukan sekadar kerajinan tangan. Ini jiwa masyarakat Papua,” tegasnya.

Noken: Lebih dari Produk, Ia adalah Identitas

Noken bukanlah tas biasa. Ia dikerjakan dengan hati, melalui proses panjang yang melibatkan alam dan leluhur. Ada Noken Anggrek dari suku Mee, ada pula Noken Emas, masing-masing memiliki cerita dan filosofi tersendiri.

“Noken adalah cipta, rasa, dan karsa masyarakat adat. Kalau kamu potong dan ubah seenaknya, kamu juga memotong martabat dan sejarah kami,” ujar Titus.

@nabirenews2025_official

Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, mengumumkan rencana pembangunan monorel yang akan menghubungkan Kota Nabire dengan Bandara Douw Aturure #pemprovpapuatengah#papuatengah #nabire #monorel #mekinawipa #bp3okp #fyp #nabire_tiktok_comunity #gubernurpapuatengah #beritaviral#papua

♬ suara asli – nabirenews2025_official – nabirenews2025_official

Ketika Industri Mengikis Nilai Budaya

Titus menyoroti tren industri modern yang kerap mereduksi warisan budaya menjadi sekadar ornamen komersial. Ia menyebut ini sebagai “komodifikasi budaya”—fenomena ketika budaya dijadikan barang dagangan tanpa mempertimbangkan makna aslinya.

“Modifikasi tanpa pemahaman membuat budaya lebih cepat punah. Benda yang semula sakral, berubah jadi aksesoris,” katanya.

Titus pun mengajak publik untuk membeli langsung dari komunitas perajin dan tidak mendukung produk-produk yang menyalahgunakan bentuk dan motif Noken.

BACA JUGA: MK Tegaskan Pilbup Mimika Tidak Menggunakan Sistem Noken

Empat Seruan untuk Menjaga Warisan

Di tengah polemik ini, Titus Pekei mengusulkan empat langkah untuk melindungi dan menghidupkan kembali kehormatan Noken:

  • Literasi Budaya

Pelaku industri dan masyarakat luas harus memahami filosofi di balik setiap budaya. “Kita perlu pendidikan budaya sejak dini.”

  • Regulasi Hukum

Pemerintah daerah dan pusat diminta segera menyusun regulasi tentang hak kekayaan intelektual komunal, agar warisan seperti Noken tak bisa dimodifikasi seenaknya.

BACA JUGA: SISTEM NOKEN dalam Pilbup Puncak Sengkarut

  • Kemitraan Setara

Industri sebaiknya bermitra langsung dengan komunitas perajin. Tapi bukan untuk meminta izin memotong, melainkan untuk memasarkan Noken dalam bentuk aslinya.

  • Pemberdayaan Perajin

Sertifikasi, akses modal, pelatihan digital, dan pembukaan pasar menjadi kebutuhan mendesak agar perajin lokal bisa mandiri dan sejahtera.

“Pakailah Noken dari Tangan Mama Kami”

Titus menutup pernyataannya dengan satu ajakan yang tulus namun tegas: jangan beli tas yang hanya menggunakan Noken sebagai hiasan.

“Kebanggaan memakai Noken terletak pada proses dan tangan yang membuatnya. Pakailah Noken yang dibuat mama-mama kami, bukan hasil potongan yang kehilangan roh,” ujarnya.

Di tengah gempuran dunia digital dan industri cepat saji, suara Titus adalah pengingat bahwa budaya bukan bahan mentah untuk pasar. Ia adalah warisan yang harus dirawat—dengan cinta, kesadaran, dan rasa hormat. (*)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *