Nabire | Bupati Nabire, Mesak Magai, menyoroti penyebab banjir yang kerap melanda wilayah sekitar Kampung Wiraska, Kali Wanggar, dan Kali Yaro. Dalam keterangannya, ia mengaitkan bencana banjir dengan aktivitas manusia seperti penebangan pohon, pembukaan jalan logging untuk perusahaan kelapa sawit, dan kegiatan pendulangan emas yang tidak terkendali.
“Dulu waktu saya masih kecil, dari Wanggar Pantai melewati jalan ini, pohon-pohon masih lebat. Jadi walaupun hujan berhari-hari, wilayah ini tetap terlindung,” ungkap Mesak Magai menjawab pertanyaan NabireNews.com pada Senin (5/5/2025) sambil mengenang kondisi hutan di masa lalu.
Namun, seiring waktu, kawasan hutan mulai rusak akibat eksploitasi sumber daya alam. Penebangan liar dan pembukaan lahan untuk kepentingan industri kelapa sawit telah memperburuk daya serap tanah dan meningkatkan potensi banjir.
BACA JUGA: Tangan Kapolres Nabire, Harapan di Tengah Banjir Kampung Yaro
Bupati Mesak juga menjelaskan bahwa saat ini aliran air dari Kali Wanggar dan Kali Yaro telah menyatu, padahal sebelumnya dua sungai tersebut mengalir secara terpisah langsung ke laut. Perubahan ini menyebabkan konsentrasi volume air meningkat pada satu titik, memperparah dampak banjir saat musim hujan.
“Dulunya Kali Wanggar dan Kali Yaro berjalan sendiri-sendiri ke pantai. Sekarang, dua kali ini sudah menyatu dan aliran airnya jadi lebih besar,” jelas Mesak.
Solusi Jangka Panjang: Jalan Alternatif
Sebagai langkah mitigasi bencana banjir, Pemerintah Kabupaten Nabire akan mempertimbangkan pembangunan jalan alternatif. Salah satu opsi adalah memanfaatkan jalan logging yang telah dibuka oleh perusahaan kelapa sawit di sekitar wilayah terdampak.
“Daripada bencana terus, ke depannya kami akan mencari solusi membuka jalan baru atau gunakan jalan logging yang sudah ada. Ini demi keselamatan dan akses masyarakat,” tambahnya.
Mesak Magai menekankan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan mengajak semua pihak, baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat, untuk tidak lagi mengabaikan dampak lingkungan dari kegiatan industri dan pertambangan. (*)