Nabire | Data terbaru dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah mengungkapkan bahwa jumlah Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di wilayah ini telah mencapai 22.868 kasus sejak tahun 1998 hingga Desember 2024. Meski secara angka terdeteksi lebih banyak pada perempuan, laki-laki disebut sebagai kelompok yang paling mendominasi secara riil dalam penyebaran HIV/AIDS.
Hal ini ditegaskan oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Papua Tengah, dr. Agus saat membuka kegiatan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) di Aula Setda Nabire, Selasa (6/5/2025).
“Dari total 22.868 kasus, sebanyak 12.272 adalah perempuan. Tapi penting dicatat, angka tersebut tidak serta-merta menunjukkan perempuan lebih rentan. Mereka justru lebih proaktif dalam melakukan tes HIV, sedangkan laki-laki cenderung enggan memeriksakan diri,” jelasnya.
BACA JUGA: Kasus HIV Papua Tengah Capai 22.868, Ini Seruan Plt Kadinkes
Laki-laki Dominan, Tapi Perempuan Jadi Kambing Hitam
Agus menyoroti kesenjangan persepsi yang berkembang di masyarakat. Ia menyebut bahwa narasi publik dan media sering kali menyudutkan perempuan, seolah-olah menjadi penyebab utama penularan HIV di Papua.
“Padahal, penularan HIV tidak mengenal jenis kelamin. Tapi karena lebih banyak perempuan yang terdata, mereka justru yang sering distigma. Ini jelas tidak adil,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa stigma terhadap perempuan ODHA sangat tinggi, terutama di wilayah pegunungan. Banyak perempuan yang dijauhi masyarakat hingga mengalami penolakan saat mengakses layanan kesehatan dasar.
Temuan ini juga diperkuat oleh hasil studi gabungan dari University of Victoria dan Pusat Studi Kependudukan UNCEN, yang mencatat bahwa diskriminasi terhadap perempuan dengan HIV di Papua masih sangat mengakar dan diperkuat oleh budaya patriarki.
BACA JUGA: Paniai Melawan Senyap: Ketika 2.475 Nyawa Bergulat dalam Bayang HIV-AIDS
Kota Nabire Tertinggi, Pemeriksaan Masih Minim
Dari sisi geografis, Kota Nabire menjadi daerah dengan kasus HIV/AIDS tertinggi di Papua Tengah, yakni sebanyak 10.494 kasus. Disusul oleh:
- Mimika: 7.923 kasus
- Paniai: 2.474 kasus
Wilayah lainnya menyumbang kasus dalam jumlah lebih kecil, tetapi berisiko meningkat karena minimnya pemeriksaan rutin dan kurangnya edukasi masyarakat.
“Kami masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam menjangkau wilayah terpencil dan memutus stigma. Banyak ODHA yang belum terdeteksi karena takut atau malu untuk diperiksa,” ungkap dr. Agus.
Pendekatan Baru untuk Atasi Epidemi HIV di Papua
Agus menyerukan perlunya pendekatan yang lebih manusiawi dan inklusif dalam menanggulangi epidemi HIV/AIDS di Papua Tengah. Menurutnya, fokus harus diarahkan pada:
- Pemeriksaan rutin yang merata
- Kampanye anti-diskriminasi terhadap ODHA
- Pendidikan kesehatan seksual berbasis komunitas
- Pelibatan tokoh adat dan agama untuk membongkar stigma
“HIV bukan soal moral, bukan soal gender. Ini tentang perilaku berisiko yang bisa dilakukan siapa saja. Kita harus berhenti menyalahkan perempuan dan mulai melindungi semua orang dengan informasi yang benar,” pungkasnya. (*)