Mulia | Kota Mulia bersiap menyambut peristiwa bersejarah. Di jantung Pegunungan Tengah Papua, dua kubu yang sempat bersitegang akibat sengketa Pilkada kini bersalaman dalam satu tekad: damai secara adat.
Senin, 12 Mei 2025. Inilah tanggal yang telah disepakati. Di pelataran Toba Jaya, prosesi adat belah doli —sebuah ritual pemutus dendam dan simbol rekonsiliasi orang gunung—akan digelar. Dua belah pihak, pendukung Paslon Nomor 1 Yuni Wonda – Mus Koygoya dan Paslon Nomor 2 Miren Kogoya – Mendi Wonorengga, sepakat: saatnya mengubur kemarahan dan membangun kembali kedamaian di atas luka.
Suara Damai dari Seorang Penjabat
Di balik kesepakatan yang penuh haru ini, ada nama Yopi Murib, SE, MM, Penjabat Bupati Puncak Jaya. Pria kelahiran pegunungan ini memikul tugas berat dari negara: memulihkan kedamaian setelah keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai sengketa Pilkada Puncak Jaya diumumkan pada 5 Mei 2025.
BACA JUGA: MK Tolak Gugatan Paslon Nomor 2 di Pilkada Puncak Jaya, Selisih Suara Terlalu Jauh
“Saya tidak tidur selama berhari-hari. Saya temui satu per satu tokoh adat, kepala perang, dan keluarga korban. Saya bicara dari hati ke hati. Kita tidak bisa biarkan anak-anak kita tumbuh dalam ketakutan,” ungkap Yopi dengan mata berkaca-kaca, dalam pertemuan di Kantor Bupati, Kamis, 8 Mei 2025.
Di ruangan itu, tidak hanya kata-kata yang berbicara. Tangisan pecah. Dada para tetua bergetar. Saat dua pihak yang sempat bersitegang akhirnya sepakat untuk berdamai secara adat, waktu seakan berhenti.
@nabirenews2025_official Menyikapi pertikaian antarpengukung pasangan calon (Paslon) bupati dan wakil bupati Puncak Jaya, Gubernur Papua Tengah Meki Nawipa langsung bergerah cepat untuk memanggil calon bupati dan wakil bupati Puncak Jaya. Keduanya bersepakat untuk akhiri konflik. #pertikaian #paslonbupatidanwakilbupati #puncakjaya #puncakjayapapua #papuatengah #gubernurpapuatengah #mekinawipa #konflikpuncakjaya #perangantarkelompok #kabupatennabire #nabire #nabire_tiktok_comunity
♬ suara asli – nabirenews2025_official – nabirenews2025_official
Ritual yang Menyatukan
Belah doli bukan sekadar upacara. Ini adalah bahasa tertua dari tanah Papua. Sebuah isyarat bahwa dendam telah dipatahkan, dan jiwa-jiwa kembali dalam pelukan persaudaraan. Kayu yang dibelah di hadapan masyarakat menjadi saksi bahwa amarah tidak lagi menguasai kampung.
“Kalau belah kayu itu jadi dilakukan, maka itu artinya semua konflik berakhir. Kita kembali seperti dulu—saling jaga, saling bantu,” ujar Yopi dengan nada haru.
BACA JUGA: Puncak Jaya Siaga! TNI-Polri Cegah Perang Pendukung Jelang Putusan MK
Meski proses adat tak selesai dalam satu hari—bisa saja berlangsung hingga satu atau dua tahun—namun belah doli adalah awal dari jalan panjang menuju pemulihan. Dan semuanya dimulai hari Senin itu.
Kota Mulia Menanti
Tiga hari menjelang prosesi, udara di Kota Mulia terasa berbeda. Tidak ada lagi desas-desus pembalasan, tidak ada bisik-bisik dendam. Yang terdengar kini adalah persiapan: para mama menyiapkan makanan adat, kaum bapak meruncingkan tombak bukan untuk perang, tapi sebagai simbol upacara. Anak-anak mulai bermain lagi di halaman gereja dan jalan-jalan kampung.
“Saya mohon seluruh masyarakat menjaga ketenangan. Ini bukan kemenangan satu pihak. Ini kemenangan bersama: kita menang melawan kebencian,” pesan Yopi Murib kepada warga.
Damai yang akan diikrarkan bukan hanya untuk saat ini. Ini adalah warisan bagi generasi mendatang. Agar suatu saat kelak, anak-anak dari dua kubu paslon yang kini berdamai bisa duduk satu bangku, berbagi satu cerita: “Kami pernah hampir terpecah, tapi adat menyatukan kami.” (*)