Nabire | Di sebuah kampung kecil yang dikepung hutan lebat dan bukit hijau, suara lonceng sekolah bergema terakhir kali dalam minggu itu. Hari itu, 7 Mei 2025, adalah hari terakhir ujian di SD Negeri Ause — sekolah dasar satu-satunya di Kampung Yaumi, Papua Tengah, rumah bagi anak-anak dari Suku Auye.
Tiga anak duduk rapi di bangku kayu yang telah usang dimakan waktu. Di hadapan mereka, lembar soal terbuka, sementara mata mereka memancarkan semangat yang tak bisa dipadamkan oleh keterbatasan. Ujian ini bukan sekadar rutinitas akhir tahun. Bagi mereka, ini adalah gerbang menuju masa depan — jalan keluar dari keterisolasian, menuju harapan yang lebih besar.
Di balik proses ujian yang berjalan tertib sejak 5 Mei, berdiri sosok Ibu Syultje Sihasale, S.Pd.K — kepala sekolah yang tak pernah lelah menyulut api semangat bagi anak-anak didiknya. Bersama enam guru lainnya yang rela bertugas jauh dari kota, mereka adalah pahlawan sunyi yang menjaga nyala pendidikan di tanah terpencil ini.
BACA JUGA: Masa Depan Papua: 22 Guru 3T Dapat Pelatihan Montessori di Sekolah Taruna Papua
“Kalau mereka lulus,” ujar Ibu Syultje dengan suara bergetar pelan, “Kami akan bicara dengan keluarga. Kami ingin mereka lanjut ke SMP Asrama Taruna Timika. Di sana, mereka bisa mendapat didikan yang lebih baik, asrama yang aman, dan lingkungan belajar yang mendukung.”
Guru-guru di SD Negeri Ause adalah potret keteguhan hati. Di tengah keterbatasan fasilitas dan medan yang sulit, mereka hadir setiap hari dengan semangat penuh. Mereka adalah: Syultje Sihasale, S.Pd.K, Melerand Evert Latuheru, S.Pd., M.Pd, Yosfikal Sombolayuk Talantan, Roby Elisa Lawar, S.Pd.K, Ishak Kakapa, ST, Claudia Lelapary, dan Petrick Syauta, SE.
Di balik perjuangan sekolah ini, berdiri pula Aris Sawaki, ketua komite sekolah, yang mewakili suara masyarakat Kampung Yaumi.
“Kami tahu, pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi anak-anak kami. Kami mendukung penuh agar mereka bisa terus sekolah, sejauh mungkin, setinggi mungkin,” katanya dengan mantap.
BACA JUGA: Bencana Abrasi di Kampung Taumi: Bupati Mesak Tinjau Lokasi dan Pendidikan
Tiga anak yang mengikuti ujian tahun ini bukan sekadar murid. Mereka adalah simbol harapan Suku Auye, generasi baru yang suatu hari kelak bisa membawa perubahan. Di pundak mereka, terbebani harapan banyak orang, namun juga tumbuh keyakinan: bahwa pendidikan bisa mengubah takdir.
Di ujung Papua, jauh dari sorotan kota, SD Negeri Ause berdiri bukan hanya sebagai sekolah — tapi sebagai mercusuar kecil yang menerangi masa depan. (*)